Mungkin dia berpikir dirinya adalah dewa. Dia memerintah, dia mengganjar, dia memaksa, dia memegang kuasa. Bedanya dengan dewa, dia tidak pernah memberi, kecuali memberi cacian, makian, hinaan.
Lalu di bawahnya ada raja. Di sini dia tidak punya tahta. Di sini dia hanya punya kuasa. Meski di atasnya ada dewa, dialah pemegang fatwa. Terkadang dewa ada dalam kendalinya.
Lebih rendah lagi, di sanalah sosok seorang manusia. Setinggi-tingginya manusia, ia tak berfatwa, tak berwewenang, namun dia tak pernah segan menginjak yang di bawahnya. Memerintah dengan sok dan sombong. Maklumlah manusia, raja bahkan dewa sama-sama memiliki mahkota.
Kami berada di zona paling hina. Binatang. Dengan mudahnya manusia dan raja memegang kendali dewa untuk menjadikan binatang budak sekaligus boneka. Manusia dan raja berlaga tak butuh binatang, tapi mereka mengganjar dengan ganas binatang-binatang yang tak menurut. Binatang harus siap tempur selalu, dalam keadaan apapun. Demi mendapatkan sebuah mahkota yang mengubah titelnya menjadi manusia, kemudian hari.
Tapi ketahuilah, aku sangat merindukan
Pertemanan tanpa penekanan
Persaudaraan tanpa penindasan
Realita tanpa skenario
Kita berdiri sama tinggi
Duduk sama rendah
Tak ada yang berpikir dirinya dewa atau raja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar